JAKARTA - "Dan, bersegeralah kalian mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, di mana surga itu telah disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan, Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan." (QS Ali Imran: 133).

Ayat ini menjadi penegas bagi kita bahwa surga itu hanya bisa digapai dengan kebaikan, bukan dengan kejahatan. Ayat ini juga memotivasi kita untuk berlomba-lomba melakukan kebaikan agar kita bisa menggapai ampunan Allah karena di balik ampunan itu terdapat surga yang sangat luas. Ayat ini pun menjelaskan beberapa amalan yang bisa mengantarkan seseorang mencapai surga tersebut.

Pertama, orang-orang yang berinfak di jalan Allah, baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit, baik orang itu sedang hidup berkecukupan maupun sedang kekurangan. Atau dengan kata lain, orang yang bisa tetap dermawan dalam kondisi apa pun.

Ia bersedekah saat mendapat banyak rezeki sehingga sedekah yang dberikannya tidak berdampak pada kondisi ekonominya. Pada saat kurang mujur pun tetap bersedekah sehingga ia mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, apalagi untuk diberikan kepada orang lain. Dalam kondisi apa pun, ia tetap dermawan dan bisa berbagi dengan saudaranya yang lain.

Jika kita sedang dalam posisi yang pertama, yakni termasuk orang yang berkecukupan, barangkali untuk menyisihkan sebagian harta kita tidak akan mengalami kesulitan. Tapi, jika kondisi ekonomi kita sedang terjepit, biasanya kita harus berpikir panjang dulu untuk berbagi dengan orang lain.

Sehingga, pantas ketika Allah melalui ayat ini menegaskan bahwa orang yang akan mendapatkan surga nanti adalah orang yang tidak hanya dermawan ketika sedang memiliki rezeki yang banyak, tapi juga bisa dermawan walau sedang mengalami kesulitan ekonomi.

Kedua, orang yang akan mendapat ampunan dari Allah dan kemudian akan dimasukkan ke dalam surga-Nya adalah orang yang mampu menahan amarahnya. Yang dimaksud mampu menahan amarah adalah orang yang memiliki alasan untuk marah, dan ia pantas untuk marah. Namun, karena ia takut pada murka Allah dan khawatir terhadap dampak dari kemarahannya maka ia menahan amarahnya tersebut.

Menahan amarah itu tidak mudah. Jangankan orang yang lemah, orang yang kuat sekalipun belum tentu bisa menahan amarahnya. Sehingga, pantas dalam riwayat Abu Hurairah disebutkan, "Orang yang kuat bukan orang yang menang dalam pertandingan, orang yang kuat adalah orang yang bisa menahan amarahnya ketika ia sedang marah." (HR Bukhari dan Muslim).

Ketiga, memaafkan (kesalahan) orang lain. Hal ini tidak mudah kita lakukan jika kita tidak memiliki kesabaran. Karena, memaafkan orang yang telah berbuat salah kepada kita telah menzalimi kita, sama saja dengan melupakan kesalahan orang itu, mengubahnya menjadi kebaikan, dan membalasnya dengan sesuatu yang istimewa berupa pemberian maaf.

Oleh sebab itu, pantas jika Allah kemudian memberikan ampunan-Nya dan menyediakan surga-Nya untuk orang-orang yang memiliki kelapangan dada seperti ini. Semoga kita bisa menjadi juara dalam lomba menggapai surga. Amin. [Abdul Syukur]