NEW YORK - Korea Utara (Korut) bersumpah akan memperkuat kemampuan senjata nuklirnya dan mengatakan tidak akan pernah meninggalkannya karena merasa terancam oleh negara-negara bersenjata nuklir. Hal ini dikatakan Menteri Luar Negeri Korut, Ri Yong-ho, dalam Sidang Umum PBB. Dalam pidatonya, Yong-ho menjelaskan bahwa program senjata nuklir negaranya adalah pertahanan diri terhadap ancaman nuklir Amerika Serikat (AS). "Memiliki senjata nuklir adalah kebijakan dari negara kami," katanya.

"Selama ada negara yang memiliki nuklir bermusuhan dengan DPRK, keamanan nasional kami dan perdamaian di Semenanjung Korea hanya dapat dipertahankan dengan nuklir," sambungnya menggunakan akronim untuk Korut, Republik Demokratik Rakyat Korea, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (24/9/2016).

Yong-ho juga mengatakan bahwa Korut akan terus mengambil langkah-langkah untuk memperkuat angkatan bersenjata nuklir nasionalnya dalam kuantitas dan kualitas. Menurutnya, Semenanjung Korea adalah hotspot paling berbahaya di dunia yang dapat memicu pecahnya perang nuklir dan menyalahkan hal itu kepada AS.

Ia menuduh AS dan Korea Selatan (Korsel) melakukan latihan perang nuklir dengan tujuan menyingkirkan pemimpin Korut dan menduduki Pyongyang. Ia juga menyatakan seruan seruan pemimpin Korut Kim Jong-un untuk menggantikan perjanjian gencatan senjata perang Korea 1953 dengan kesepakatan damai telah diabakan.

Yong-ho pun mengkritik penjatuhan sanksi kepada Korut atas uji coba nuklir yang dilakukannya. Menurutnya, dengan menjatuhkan sanksi, Dewan Keamanan (DK) PBB telah memainkan peran menutupi kesewenang-wenangan AS. Ia juga menuding AS telah mengancam Korut dengan sengaja menerbangkan pesawat pembom strategis B1-B di atas garis demarkasi militer di Semenanjung Korea.

"Kami tidak pernah akan tetap menjadi penonton dan AS harus menghadapi konsekuensi yang luar biasa di luar imajinasi," ancamnya.