NEW YORKBennet Omalu, salah satu ilmuwan terkemuka di Amerika Serikat telah memperingatkan Hillary Clinton kemungkinan diracuni Donald Trump, pesaingnya di pemilihan Presiden AS. Yang mengejutkan, Bennet Omalu juga menyebut nama Presiden Rusia Vladimir Putin.

Cuitan Bennet Omalu, ahli patologi terkenal itu pun langsung menggemparkan publik AS dan Rusia di lini masa, Twitter.

Penemu penyakit Trauma Ensefalopati Kronis (CTE) yang menyerang otak itu menyarankan tim kampanye Hillary untuk waspada.

"Aku harus menyampaikan kepada tim kampanye Hillary untuk melakukan analisis toksikologi darah. Ada kemungkinan dia diracuni," tulisnya di akun @bennetomalu9168.

Kemudian, dalam cuitan kedua, dia menambahkan, " Aku tidak percaya dengan Putin dan Trump. Bagi keduanya, segala sesuatu mungkin saja bisa terjadi."

Kesehatan Hillary menjadi sorotan akhir pekan ini. Ini lantaran dia harus meninggalkan upacara peringatan 9/11 di Ground Zero sebelum acara tersebut selesai lantaran mendadak sakit.

Sebuah video menunjukkan Hillary terjatuh. Dia berusaha untuk berdiri sendiri ketika pengawalnya mencoba untuk membantunya.

Dokternya kemudian mengumumkan Hillary menderita pneumonia, tetapi sekarang telah pulih.

Kedekatan Trump dengan Putin di masa lalu terlihat ketika dia mengungkapkan kekaguman terhadap Presiden Rusia itu. Tidak itu saja, hubungannya dengan Kremlin telah bocor ke publik setelah manajer kampanyenya, Paul Manafort, pernah bekerja untuk Rusia.

Meski tudingan Omalu yang melibatkan Putin ini terdengar mengada-ada, namun Presiden Rusia itu selalu dikaitkan dengan usaha pembunuhan menggunakan racun.

Paling mencolok, sebuah penyelidikan mengaitkan Putin dalam kematian Alexander Litvinenko, seorang mantan agen KGB yang meninggal di London pada Januari 2006.***