MOSKOW - Kementerian Pertahanan Rusia telah menegur keras para pejabat Pentagon yang mengatakan kematian komandan ISIS Abu Muhammad al-Adnani akibat serangan udara Rusia sebagai lelucon. Moskow menyebut komentar para pejabat Amerika Serikat (AS) itu sebagai hal bodoh, karena tidak tahu info sama sekali soal situasi di Suriah. Kementerian itu memaklumi komentar para pejabat AS yang buta informasi soal situasi di Suriah karena menolak bekerjasama dengan Rusia.

”Tidak ada yang tidak biasa dengan tidak adanya informasi faktual apapun tentang serangan Angkatan Udara Rusia pada 30 Agustus,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov dalam jumpa pers.

Menurutnya, para pejabat AS telah membual setiap hari selama lebih dari satu tahun.”Mereka  tidak berkoordinasi dalam operasi mereka di Suriah dengan Rusia,” katanya.

”Bagaimana Anda kemudian harus mendapatkan informasi ini sama sekali?,” lanjut Konashenkov. Dia menambahkan bahwa Pentagon tidak memiliki pilihan selain untuk menyebut laporan Rusia sebagai "lelucon" untuk menjadikan jubah kebodohan mereka sendiri.

Pada 31 Agustus, para pejabat Pentagon mengatakan kepada Reuters dengan syarat anonim bahwa klaim Moskow yang berhasil membunuh komandan kelompok Islamic State (ISIS), Abu Muhammad al-Adnani dalam sebuah serangan udara itu palsu dan menyebutnya sebagai lelucon.

ISIS kemudian mengkonfirmasi kematian Adnani di wilayah Aleppo. Moskow menegaskan bahwa pentolan ISIS itu telah tewas dalam serangan udara yang dilakukan oleh pesawat pengebom Su-34 Rusia.

Tak mau kalah, Pentagon juga mengklaim menargetkan Adnani pada 30 Agustus, tetapi tidak  mengkonfirmasi kematiannya.

Konashenkov mengkritik pendekatan koalisi anti-ISIS yang dipimpinan AS yang tidak efektif meski melibatkan lebih dari 60 negara.

”Tidak seperti koalisi anti-ISIS yang dipimpin AS yang terdiri dari lebih dari 60 negara, Angkatan Udara Rusia secara efektif menghilangkan semua teroris di Suriah dan tidak terlibat dalam perburuan mahal dan tidak masuk akal bagi orang-orang tertentu,” ujarnya, seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (3/9/2016).