NEW YORK - Seorang imam masjid dan seorang jamaah tewas ditembak di kepala saat tengah berjalan di trotoar Queens, New York AS. Menurut juru bicara kepolisian, mereka didekati seorang pria dari belakang dan langsung meletuskan senjatanya dari jarak dekat.

Insiden terjadi pada pukul 13.55, Sabtu, 13 Agustus 2016 waktu setempat.

Imam Maulama Akonjee dan jamaahnya, Thara Uddin, baru saja menyelesaikan salat Zuhur berjamaah di masjid Queens. Dilansir dari BBC, Minggu (14/8/2016) Akonjee baru saja migrasi dari Bangladesh 2 tahun lalu.

Sejauh ini, polisi mengatakan belum ada indikasi kalau kedua pria itu tewas karena kepercayaannya. Penembak hingga saat ini masih dalam pengejaran.

Sejumlah orang di komunitas muslim Queens berdemonstrasi di dekat lokasi penembakan sambil mengatakan kalau penembakan merupakan 'hate crime'.

"Kami merasa tidak aman di waktu seperti ini. Insiden ini mengancam kami, mengancam masa depan kami, dan kami meminta keadilan," kata Milat Uddin, salah seorang jemaah masjid.

"Polisi harus mengkategorikan ini adalah kejahatan dengan kebencian. Imam Akonjee orang baik, dia tak mungkin membunuh seekor lalat pun," kata keponakan imam, Rahi Majid.

Salahkan Donald Trump

Menurut New York Daily, Imam Akonjee dan Thara Uddin tengah memakai baju muslim saat penembakan terjadi. "Ini sangat tidak Amerika," kata warga lokal Khairul Islam.

"Kami menyalahkan Donald Trump atas penembakan berdarah dingin ini... Trump dan dramanya telah menciptakan Islamofobia," lanjutnya.

Donald Trump, capres AS dari Partai Republik, kerap melontarkan kalimat kontroversial di antaranya akan melarang muslim masuk AS. Terakhir, pengusaha nyentrik itu menuduh Presiden Obama dan rivalnya Hillary Clinton adalah pendiri ISIS. 

Menurut salah satu sumber di kepolisian New York (NYPD) satgas hate crime akan segera menginvestigasi kasus penembakan ini.

Pelaku meninggalkan korban hanya satu blok dari Masjid Al Furqan Jame di Ozone park.

Polisi telah melihat rekaman CCTv dan saksi mata, pembunuh membawa pistol di tangannya dan langsung menembak dari belakang.

"Tiba-tiba saya mendengar 5 kali letusan dan itu jelas bukan petasan," kata salah seorang saksi mata yang enggan disebut namanya.

"Ini jelas brutal, bagaimana dua orang tak bersalah itu ditembak mati di siang bolong," lanjut saksi mata perempuan dan berkulit putih itu.***