YUNANI - Anak-anak pengungsi dari Timur Tengah yang tinggal di kamp-kamp Eropa mengalami pelecehan seksual. Kelompok Hak Asasi Manusia mengungkap bahwa anak-anak itu  tinggal di kamp yang merupakan bekas pabrik Softext di pinggiran Thessaloniki, Yunani.

Kamp resmi untuk pengungsi dari pemerintah Yunani dibangun di dekat Thessaloniki setelah kamp pengungsi informal di Idomeni, dekat perbatasan Macedonia, ditutup pada Mei lalu. Pembangunan kamp pengungsi ini didanai Komisi Eropa dengan nilai bantuan 71 juta Euro. Kamp-kamp ini menjadi tempat tinggal 57 ribu pengungsi di seluruh Yunani yang kabur akibat perang dilansir dari The Guardian.

Salah satu relawan yang bertugas di kamp Softex, menangani 1.400 pengungsi yang umumnya berasal dari Suriah.  Dia menjelaskan, beberapa gadis muda telah diperkosa oleh geng laki-laki. Tak hanya itu, keluarga Irak harus pindah ke penginapan darurat di luar kamp setelah putri mereka diserang. 

"Para orang tua masih tak percaya atas apa yang terjadi. Seorang pria dari salah satu kelompok 'mafia' menanyakan putri mereka yang berusia tujuh tahun. Gadis itu diajak ke tenda mereka untuk bermain game di telepon kemudian menutup ritsleting tenda. Dia datang kembali dengan tanda di lengan dan lehernya. Kemudian gadis itu menggambarkan bagaimana ia disiksa secara seksual, "kata relawan, yang meminta namanya tidak disebutkan.

Anita Dullard, dari Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah mengatakan ada kenaikan insiden kekerasan seksual di kamp-kamp pengungsi Yunani. Dia mengaku sudah memberitahu informasi tersebut ke pemerintah. Adanya dugaan kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak-anak, kata dia, sudah diteruskan kepada PBB.

Anna Chiara Nava dari Médecins Sans Frontières di Thessaloniki menegaskan bahwa mereka telah mendengar tuduhan anak-anak menjadi korban kekerasan seksual. Nava mengatakan mereka sudah melakukan kontak rutin dengan setidaknya 10 perempuan dari kamp Softex yang mengeluh kekerasan seksual. Dia menjelaskan bahwa banyak penghuni, termasuk anak-anak, terlalu takut untuk berbicara.

"Anak-anak sangat sulit ditemani. Mereka berusia 16 dan 17 tahun sedang bertahan hidup. Pada sore dan malam tidak mungkin untuk menemukan mereka [anak-anak] karena mereka bersembunyi di tenda-tenda. Para wanita takut. Mereka mengeluh bahwa  mereka tidak bisa pergi ke toilet sendiri malam hari. Mereka semua telah mendengar laporan dari orang lain diserang,"kata Nava. ***