ANKARA - Menyusul upaya kudeta pekan lalu, pemerintah Turki bertekad memberantas gerakan yang dipimpin ulama terkenal Fethullah Gulen hingga ke akar-akarnya. Operasi pembersihan di tubuh militer, polisi dan kehakiman pun diperluas ke universitas dan sekolah-sekolah, badan intelijen dan otoritas agama. Pejabat-pejabat Turki mengatakan seperti dilansir kantor berita Reuters,Rabu (20/7/2016), sejauh ini, sekitar 50 ribu tentara, polisi, hakim, pegawai negeri dan guru telah diskorsing atau ditahan sejak upaya kudeta pada Jumat, 15 Juli lalu. Langkah ini menimbulkan ketegangan di negara berpenduduk sekitar 80 juta jiwa itu.

Pada Selasa, 19 Juli waktu setempat, otoritas Turki juga menutup kantor-kantor media yang dianggap sebagai pendukung ulama Gulen dan sekitar 15 ribu orang telah diskors dari Kementerian Pendidikan beserta 100 pejabat intelijen. Sebanyak 492 orang juga dinonaktifkan dari tugasnya di Direktorat Urusan Agama, 257 orang di kantor Perdana Menteri dan 300 orang di Kementerian Energi.

Dalam pidatonya di parlemen pada Selasa (19/7) waktu setempat, Perdana Menteri Turki Binali Yildirim menegaskan akan memberantas organisasi yang dipimpin ulama Gulen hingga ke akar-akarnya.

"Maafkan saya, tapi organisasi teroris pararel ini tak akan lagi menjadi pion efektif bagi negara manapun," cetus Yildirim.

"Kami akan memberantas mereka hingga ke akar-akarnya sehingga tak ada lagi organisasi teroris rahasia yang akan punya nyali untuk mengkhianati rakyat kita lagi," imbuhnya.

Percobaan kudeta di Turki pada Jumat (15/7) malam gagal setelah para pendukung Presiden Recep Tayyip Erdogan turun ke jalanan dan melakukan perlawanan. Hingga kini, ribuan orang termasuk tentara dan hakim yang mendukung kudeta telah ditangkap.

Erdogan menuding Gulen sengaja menyusun 'struktur paralel' dalam tubuh pengadilan, kepolisian, militer dan media Turki demi melancarkan percobaan kudeta pada Jumat (15/7) malam. Gulen membantah tuduhan itu dan balik menuding Erdogan mendalangi upaya kudeta itu.