WASHINGTON - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Turki memanas setelah Ankara menuduh Washington ikut mendalangi upaya kudeta gagal di Turki. AS menilai tuduhan Turki berbahaya bagi hubungan bilateral. Tuduhan dari Ankara muncul dari Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavosoglu pada hari Sabtu. Menurutnya, para pejabat Amerika telah mendalangi upaya kudeta gagal yang dilakukan militer Turki.

Upaya kudeta di Turki telah menewaskan 265 orang dan lebih dari 2 ribu orang lainnya terluka. Rezim Presiden Tayyip Erdogan telah merespons upaya kudeta itu dengan menindak dengan memenjarakan 2.745 hakim oposisi dan menangkap lebih dari 2.800 tentara yang dituduh bersimpati terhadap kudeta.

Tuduhan terhadap AS itu tak lepas dari sosok Fethullah Gulen, ulama oposisi Turki yang berada di AS. Gulen—teman politik Presiden Erdogan yang kini jadi musuh—telah dituduh sebagai dalang kudeta. Namun, Gulen telah menepisnya.

Tuduhan AS ikut mendalangi kudeta di Turki juga disampaikan Menteri Tenaga Kerja Turki, Suleyman Soylu. Tuduhan bahkan disampaikan secara terbuka.

”AS berada di belakang upaya kudeta. Beberapa jurnal yang diterbitkan di sana (di AS) telah (menunjukkan) kegiatan selama beberapa bulan. Selama beberapa bulan kami telah mengirim permintaan kepada AS soal Fethullah Gulen. AS harus mengekstradisi dia,” kata Soylu.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry tak terima dengan tuduhan Turki. Kerry mengatakan tuduhan palsu dari Turki telah membahayakan persekutuan AS dan Turki di NATO.

Kerry melalui juru bicara Departemen Luar Negeri AS John Kirby mengatakan bahwa AS mendesak Turki untuk menahan untuk menjatuhkan hukuman berat setelah upaya kudeta gagal yang dilakukan militer.

”Dia (Kerry) membuat jelas bahwa AS bersedia untuk memberikan bantuan kepada otoritas Turki untuk melakukan penyelidikan ini, tapi sindiran publik atau klaim tentang peran apa pun oleh Amerika Serikat dalam upaya kudeta yang gagal, benar-benar palsu dan berbahaya bagi hubungan bilateral kita,” kata Kirby.