TOKYO -Kelesuan ekonomi menyebabkan para istri di Jepang menyunat uang jajan suaminya setiap bulan. Kebanyakan, suami di Jepang menjadi pencari nafkah tunggal. Tapi, gaji yang mereka terima seluruhnya diserahkan kepada istri. Para suami hanya menerima uang jajan dari istrinya.

Dan tahun ini, menurut survei Shinsei Bank, uang jajan para suami itu disunat oleh istri-istri mereka. Kelesuan ekonomi menjadi faktor ibu rumah tangga Jepang untuk menghemat pengeluaran, termasuk dengan mengurangi jatah jajan suami.

Menurut survei itu, dibandingkat tahun-tahun sebelumnya, uang saku para suami di Jepang tahun ini mencapai titik terendah. Suami yang menjadi tentara misalnya, kini mereka hanya dijatah sekitar Rp 5 juta saja sebulan. Angka ini menjadi yang terendah ke tiga.

Angka uang jajan suami di Jepang juga sangat jauh turun dibanding dekade 1980-an dan 1990-an saat terjadi booming ekonomi. Kala itu, para suami di Jepang mendapat uang jajan dari istri mereka sekitar 77.725 yen atau sekitar Rp 10 juta untuk sebulan.

Menurut survei ini, untuk bertahan hidup para suami di Jepang menganggarkan 587 yen atau sekitar Rp 75 ribu untuk makan siang saban hari. Data itu diperoleh dari 1.000 responden yang berusia 20 hingga 50 tahun.

Sementara, biaya bersenang-senang setelah bekerja –seperti membeli minuman, yang hampir selalu dilakukan pria Jepang, sekarang menjadi 11.765 yen atau sekitar Rp 1,5 juta. Naik Rp 6.500 dari tahun lalu.

Lalu, bagaimana dengan uang jajan para suami di Indonesia, apakah juga disunat oleh para istri? Semoga tidak. ***