LONDON - Profesor Sejarah University College London Catherine Halla menolak penghargaan akademis bergengsi dari Israel. Penolakan tersebut didasari pada sikap politik dari akademisi tersebut.

Profesor Catherine Halla menolak penghargaan dari The Dan David Foundation dan hadiah sebesar US$300.000, setara Rp4 miliar.

Langkah Catherine terinspirasi gerakan BDS internasional yang menyerukan boikot dan sanksi kepada Israel.

Catherine terpilih mendapat penghargaan ini karena karyanya dinilai membawa dampak pada disiplin sejarah sosial serta menjadi pelopor pada sejarah gender, ras, dan perbudakan.

Tetapi, pakar sejarah beraliran feminis ini tidak mau hadir dalam acara penganugerahan yang dihelat di Universitas Tel Aviv.

Dalam pernyataan resminya, Catherine mengatakan dia menolak penghargaan tersebut setelah berdiskusi dengan sejumlah pihak yang terlibat dalam isu politik Israel-Palestina. "Tapi dengan pandangan yang berbeda ketika menentukan sikap," ucap dia.

Catherine mengikuti langkah David Shulman, Profesor Kajian Humanistik Renee Lang di Universitas Hebrew Jerusalem, yang memilih menyumbangkan Penghargaan untuk Kajian Agama Israel yang dia raih kepada Ta'ayush, komunitas Israel yang membantu warga Palestina di Bukit Hebron Selatan.

Dia menyebar sebuah video yang mendokumentasikan serangan kepada warga Palestina oleh warga pendudukan.

Profesor Emeritus Kajian Klasik pada Universitas Exeter Richard Seaford, yang juga merupakan anggota kelompok pro-Palestina, Komite Inggris untuk Universitas-universitas Palestina mengatakan langkah Israel merupakan bentuk penjajahan ilegal.

"Tindakan represif pemerintah Israel menodai penghargaan yang mewah," kata dia.

"Untuk akademisi di luar Israel, boikot seluruh aktivitas yang berhubungan dengan negara Israel," lanjut dia.***