SAAT turun dari mini van, sudah terdengar lantunan ayat Alquran melalui pengeras suara di dalam lingkungan Masjid Jingjue, Nanjing, Tiongkok. Hari itu, bertepatan dengan seluruh umat muslim di dunia menjalankan salat Jumat termasuk di Kota Nanjing, China.

Situasi lingkungan masjid yang saat itu sepi mulai didatangi jamaah muslim asal Negeri Tirai Bambu itu.

Masjid Jingjue yang terletak di Jalan Shengzou Nomor 28, Distrik Qinhuai, Provinsi Jiangsu ini terletak di pusat kota Nanjing atau Jinling.

Masjid itu pun langsung ramai oleh para pedagang muslim China. Mulai menjual daging kambing, ayam, makanan-makanan berlabel halal hingga minuman Kawas buatan warga suku Uighur atau suku Hui.

Waktu salat Jumat sendiri dilaksanakan sekitar pukul 13.20 waktu setempat, maklum perbedaan China dan Jakarta hanya terpaut 1 jam.

Waktu salat ditandai dengan suara muadzin tanpa pengeras suara. Tapi suaranya menggema di area masjid seluas kurang lebih 4.000 meter itu. Ini jelas berbeda dengan suasana salat di Indonesia.

Usai salat, tradisi salaman antar jamaah pun juga ada di masjid ini. Di dalam area masjid juga terdapat perpustakaan dan museum. Dari informasi, ternyata Masjid Jingjue sudah berumur hampir 654 tahun.

Masjid yang juga dikenal dengan sebutan Sanshan Street Mosque ini didirikan atas perintah Zhou Yuanzhou, pendiri dan Kaisar pertama Dinasti Ming pada 1392 masehi sebagai bentuk hadiah kepada sang istri, Ratu Ma yang merupakan muslimah dari suku Hui. Namun, masjid yang sebagian arsitektur bangunannya bergaya balairung tradisional China ini sempat terbakar pada tahun 1430 masehi.

Masjid ini dibangun kembali atas perintah Laksamana Cheng Ho (Zheng He) sebelum melakukan muhibah atau keliling berdakwah ketujuh ke kawasan Asia Tenggara pada 1492 masehi.

Pada masa Dinasti Ming, masjid ini agak besar dengan luas sekitar 2,6 hektar. Masjid ini kembali direnovasi pada masa Dinasti Qing pada 1644 masehi.

Saat pemerintah Republik Rakyat China berkuasa, masjid ini sempat mengalami renovasi pada 1957, 1982, 1984 dan terakhir pada 2008. Bangunan utama masjidnya sendiri luasnya 348,7 meter yang bisa menampung 300 orang.

Pada masa Dinasti Ming dan Qing, dari masjid ini banyak menghasilkan tokoh dan sarjana Islam di China. Saat ini, masjid ini merupakan pusat agama Islam di kota Nanjing dan sebagai peninggalan sejarah.***