MOSKOW - Eropa menderita kerugian sepuluh kali lebih parah daripada AS dalam hal perdagangan dengan Rusia sejak dilancarkannya sanksi anti-Rusia. Demikian hal tersebut dilaporkan Sputnik, mengutip perkataan Stephen Szabo, Direktur Eksekutif Akademi Transatlantik, dalam pidato pengantarnya terkait laporan terbaru Akademi Transatlantik yang berjudul, "Rusia: Ujian bagi Persatuan Transatlantik".

Ia menambahkan, "persatuan Barat" tetap krusial bagi perkembangan hubungan sekutu Barat dengan Moskow, tapi persatuan mereka akan "diuji" pada bulan-bulan mendatang.

"Sebagai contoh, total perdagangan Uni Eropa dengan Rusia jatuh dari 326,5 miliar (368,4 miliar dolar AS) pada 2013 ke 210 miliar euro (237 miliar dolar AS) pada 2015," katanya, "sedangkan selama periode yang sama, total perdagangan AS dengan Rusia jatuh dari 38,2 miliar dolar AS ke 23,6 miliar dolar AS."

Oleh karena itu, kerja sama transatlantik dan "persatuan Barat" akan tetap krusial bagi perkembangan hubungan sekutu dengan Moskow, kata Szabo.

Szabo menekankan, persatuan itu akan diuji secara serius pada bulan-bulan mendatang, khususnya ketika "perubahan besar dalam pemerintahan kunci di Barat terjadi selama 1,5 tahun ke depan".

"Pemerintahan AS yang baru akan resmi bekerja pada Januari 2017. Sementara, pemilihan kunci di Prancis dan Jerman akan menyusul pada tahun yang sama. Sanksi (terhadap Rusia) akan tetap diperbarui selama periode itu, dan persatuan Barat akan diuji," katanya.

Namun demikian, direktur eksekutif Akademi Transatlantik tidak menyebutkan bahwa sanksi telah ditentang oleh sejumlah negara Uni Eropa, yang menuntut pencabutan sanksi terhadap Rusia.

Berbagai politisi dan pengusaha di Jerman dan Prancis telah berulang kali mengatakan bahwa sanksi anti-Rusia telah membebani sektor politik dan ekonomi negara mereka.

Mereka juga menuduh Amerika Serikat menggunakan tekanan finansial untuk mencegah negara mereka menghapuskan sanksi ini.

Di lain pihak, Hungaria, Yunani, Austria, dan Italia juga sudah mulai menentang tindakan hukumanan sepihak terhadap Rusia.

Di Italia, Dewan Wilayah Timur Laut Veneto, dengan pusat administrasi di Venice, telah melaksanakan pemilihan suara pada Rabu (18/5) terkait pengakuan Krimea sebagai bagian dari Rusia dan sekaligus untuk mengangkat sanksi yang dijatuhkan Barat dan AS.

Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier baru-baru ini juga mengatakan bahwa ketika sanksi anti-Rusia Uni Eropa berakhir pada musim panas ini, akan jauh lebih sulit bagi Barat untuk menemukan landasan bersama mengenai kelanjutan masalah ini karena kini ada lebih banyak anggota yang menolak perpanjangan sanksi terhadap Rusia.