MEDAN - Ketua Komisi Teater, Dewan Kesenian Medan, sekaligus seniman dan pemimpin sanggar Teater D’Lick, Yondik Tanto menilai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Peprovinsi Sumatera Utara dan Medan, tidak mengerti tentang nilai kebudayaan dan kesenian. Hal itu terlihat dari kurang perhatiannya dinas terkait pada sarana dan prasana yang mendukung perkembangan kebudayaan dan kesenian, di Sumut dan Medan. “Tidak ada yang mereka ketahui tentang  objek seni  dan budaya yang mereka tau hanya sisi parawisata saja. Mungkin , mereka enggan mengembangakn nilai seni dan budaya,  karena mereka berfikir  duitnya “nggak ada,” tuturnya saat dihubungi melalui seluler, Rabu ( 20/7/2016) sore.
 
Yondik mencontohkan salah satu kegagalan terbesar yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Peprovinsi Sumut adalah tak mampu menghadirkan gedung pertunjukan ataupun  taman budaya yang nyaman dan representative  untuk menjadi wadah berkumpulnya pelaku dan penikmat seni.

“Taman Budaya ataupun gedung pertunjukan yang baik  itu  sangat penting bagi proses pembentukan sebuah karya seni  maupun tempat memamerkan sebuah karya seni. Sementara  kita tidak punya itu, setiap mau menampilkan karya seni yang bagus, terpaksa menyewa hotel dan menyulap nya menjadi gedung pertunjukan,” keluhnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, seharusnya Taman Budaya dan Gedung Teater yang berada di Jalan Perintis Kemerdekaan diperhatikan, sehingga kondisinya tidak seperti gubang beras.

“Kondisinya sangat tidak layak, suara kendaraan diluar terdengar, fasilitasnya di dalamnya juga sangat buruk, sementara pemerintah tidak peduli,  dari tahun 1970-sekarang tempat itu tidak pernah direnovasi. Saat ini pemerintah cuma memberikan spirit saja, dukungan sarana tidak ada, seharusnya pemerintah membangunkan gedung pertunjukan agar penonton yang hadir nyaman,  untuk melihat pertunjukan, agar pertunjukan seni lebih bernilai, ”jelasnya.   
 
Selain tidak didukung sarana dan prasarananya, pemerintah juga seakan tidak peduli dengan nasib para seniman di Sumut. Terlebih untuk mengembangkan hasil karya seniman. Padahal menurutnya, pelaku seni adalah sekelompok yang dapat melahirkan gagasan-gagasan yang diserap masyarakat hingga tumbuh menjadi nilai budaya dan kebiasaan yang luar biasa.

“Pelaku kesenian itu membuat sebuah karya dengan jujur dan hati nurani, hingga menghasilkan sebuah budaya untuk mencerdaskan bangsa, namun saat  ini  dinas terkait telah abai memperhatikan itu. Kalau kita tidak mengenal  kesenian dari  bentuk bentuk tradisi, kita tidak akan punya adab dan etika, kita akan menjadi bangsa yang bar-bar,” jelasnya
 
Untuk itu ia berharap dinas terkait mau dan survive memperhatikan nasib kesenian Sumut, maupun  senimannya, karena Sumut sudah tertinggal jauh dari daerah lain.

“Kesenian kita sudah tertinggal jauh sekali dari pulau Jawa disana, aktivitas kesenian disana  lebih dihargai, banyak gedung-gedung pertunjukan megah disana. Sementara kita untuk membuat pertunjukan terpaksa menyewa hotel,” ungkapnya