BERITA

RAMAI informasi di website dan media sosial bahwa bimbingan belajar (Bimbel) memberi peluang besar, bahkan menjamin kelulusan pesertanya yang akan berjuang di Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional  Berbasis Tes (UTBK-SNBT) Tahun 2024 untuk lolos masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) idaman.

HASIL CEK FAKTA

Penelusuran GoSumut.com berdasarkan dDirektorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terdapat sekitar 1.866 jumlah Bimbel di Indonesia saat ini. Hampir semua mengklaim memiliki persentase kelulusan yang tinggi bagi pesertanya untuk lolos masuk PTN lewat UTBK. Klaim ini beredar luas di berbagai media online dan media sosial di saat semakin mendekatnya jadwal UTBK-SNBT Tahun 2024 ini.

Bimbel yang memberi klaim persentase kelulusan tinggi itu pada akhirnya memungut biaya mahal terhadap para pesertanya, bahkan ada yang menawarkan kelas boarding (menginap) selama beberapa hari dengan biaya puluhan juta rupiah. Artinya, semakin tinggi klaim kelulusan masuk PTN maka semakin mahallah biaya mengikuti Bimbel, kecuali Bimbel gratis yang disediakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan secara online.

Informasi  beredar tersebut mengabaikan peluang para siswa lulusan SMA sederajat yang tidak mengikuti Bimbel, sehingga mengecilkan perjuangan mereka. Seolah para siswa lulusan SMA sederajat tidak berpeluang, atau setidaknya berpeluang kecil untuk berhasil masuk PTN lewat UTBK-SNBT Tahun 2024 ini. Ada pun UTBK-SNBT tersebut akan berlangsung dalam dua gelombang. Gelombang pertama pada 30 April s/d 7 Mei 2024, sedangkan gelombang kedua dijadwalkan 14 Mei s/d 20 Mei 2024.

Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makarim mendengarkan keluhan para siswa lulusan SMA sederajat yang tidak mampu mengikuti Bimbel karena faktor biaya, tetapi mempunyai harapan besar untuk menempuh pendidikan tinggi ke PTN. Maka Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mengumumkan perubahan aturan di tiga jalur penerimaan mahasiswa masuk perguruan tinggi negeri melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 48 Tahun 2022. Perubahan dilakukan pada jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), dan jalur mandiri.

Menteri Nadiem Anwar Makarim mengatakan salah satu alasan dia mengubah teknis masuk perguruan tinggi negeri adalah agar seleksi masuk PTN lebih inklusif dan transparan. Dia menilai, banyaknya materi akademik yang diujikan membuat siswa terbebani dan harus mengikuti bimbingan belajar. Orang tua merogoh kocek dalam agar anaknya bisa meraih program studi di kampus ternama. Namun, siswa yang tidak mampu secara ekonomi tak bisa mengikuti les atau bimbingan belajar. Hal itu, kata Nadiem, menimbulkan kesenjangan dan diskriminasi terhadap siswa.

Pihak Bimbel tentu keberatan dengan perubahan aturan penerimaan mahasiswa masuk PTN tersebut. Mereka meminta supaya pemberlakuannya jangan dipaksakan, setidaknya berlaku dua-tiga tahun mendatang. Apalagi, mereka khawatir perubahan itu membuat  tes mata pelajaran dihapus untuk masuk  ke PTN sehingga menurunkan semangat belajar siswa lantaran tak ada lagi tes akademik, karena yang diujikan tes skolastik saja. Tes skolastik adalah tes yang mengevaluasi kemampuan kognitif, yang mencakup penalaran umum dan pemahaman. 

Tetapi Menteri Nadiem Makarim keukeuh memberlakukan teknis masuk PTN tersebut dengan berbagai alasan, salah satunya adalah memperkecil kesenjangan antara murid dengan latar ekonomi keluarga sederhana dengan keluarga yang mapan mengikuti Bimbel. Selama ini, kata Nadiem, tes mapel dalam seleksi masuk PTN menciptakan diskriminasi di lingkungan sekolah, khususnya terjadi pada peserta didik yang tidak mampu mengikuti bimbingan belajar (bimbel) akibat faktor ekonomi.

Nadiem mengatakan perumusan pola seleksi mahasiswa baru ini berdasarkan lima prinsip perubahan. Pertama, pembelajaran yang menyeluruh dan mendalam. Dalam hal ini kecerdasan pada siswa tak hanya dilihat dari nilai akademik saja. Kedua, mendorong peserta didik untuk memiliki kemampuan penalaran yang tajam.

"Kita ingin lebih fokus pada penalaran dan bukan pada pemadatan materi. Bukan berapa hafalan yang dikuasai siswa tetapi kemampuan bernalarnya," ungkap Nadiem.

Alasan ketiga, kata Nadiem, melahirkan sistem penerimaan yang lebih inklusif dan mengakomodasi siswa dari berbagai kelas sosial. Hal ini bertujuan untuk menghapus diskriminasi antara peserta didik dengan tingkat sosial ekonomi tinggi dengan peserta didik yang berada di level menengah ke bawah.
Keempat, ia ingin agar proses penerimaan mahasiswa baru lebih transparan."Terakhir, lebih terintegrasi dengan berbagai macam program dan cita-cita daripada mahasiswa kita," ujar Nadiem.

Lebih lanjut, Nadiem mengatakan penghapusan tes mata pelajaran (mapel) dalam seleksi masuk PTN dilakukan karena selama ini para guru harus kejar tayang untuk menuntaskan materi, sehingga kurang dalam menekankan pemahaman. "Dampaknya kualitas pembelajaran yang mendalam itu turun di dalam sekolah-sekolah kita," katanya.

Nadiem optimistis keputusannya untuk menghapus mapel dalam tes masuk PTN mampu membawa perubahan lebih baik dan cukup signifikan bagi sistem pendidikan di Indonesia. Dia  juga mengklaim kebijakan baru tersebut akan membuat tenaga pendidik lebih fokus dan tidak mengalami demotivasi saat mengajar peserta didik.

Skolla, satu lembaga pendidikan mitra Kemendikbudristek dalam membantu institusi pendidikan di Indonesia untuk meningkatkan mutu pendidikan, mengingatkan para peserta UTBK-SNBT bahwa kegagalan masuk PTN umumnya karena tiga hal, yaitu manajemen wakktu dan perencanaan yang buruk, kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang materi dan soal tes, serta strategi dan teknik mengerjakan tes yang buruk. Karena itu, perlu tiga hal pula untuk menghindari kegagalan tersebut, yaitu susun rencana belajar yang benar, sering latihan soal, dan perbanyak Informasi tentang SNBT.
Tiga hal menghindari kegagalan UTBK-SNBT tersebut dapat dilakukan dengan disiplin dan ketekunan sendiri, tak harus dengan mengikuti Bimbel.

Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebelum Nadiem Makarim, pernah menyarankan untuk tidak terlalu percaya kepada lembaga bimbingan belajar. Menurutnya,  lebih baik siswa mempercayakan proses pembelajarannya kepada guru-guru di sekolah yang lebih mengerti tentang kenaikan standar ujian dalam pendidikan nasional.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelusuran GoSumut.com terhadap berbagai sumber tentang informasi beredar bahwa bimbingan belajar (Bimbel) memberi peluang besar, bahkan menjamin kelulusan pesertanya yang akan berjuang di UTBK-SNBT Tahun 2024 untuk lolos masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) adalah tidak benar atau salah. Klaim itu sengaja dihembuskan oleh pihak Bimbel karena lembaga itu merupakan bisnis, dimana semakin tinggi klaim kelulusan masuk PTN maka semakin mahallah biaya mengikuti Bimbel. Padahal untuk menghindari kegagalan dalam UTBK-SNBT hanya diperlukan disiplin dan ketekunan diri sendiri terhadap rencana belajar yang benar, sering latihan soal, dan perbanyak informasi tentang SNBT.*

RUJUKAN

https://tekno.tempo.co/read/1634504/kritik-lembaga-bimbel-soal-nadiem-yang-ubah-aturan-masuk-ptn-2023

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220910180610-20-846062/alasan-nadiem-ubah-pola-masuk-ptn-termasuk-diskriminasi-bimbel

https://www.pinterpolitik.com/in-depth/mengapa-nadiem-perlu-hati-hati/

https://www.antaranews.com/berita/701212/mendikbud-sarankan-jangan-terlalu-percaya-lembaga-bimbel

https://bimbellavender.com/posts/persentase-kelulusan-bimbel-fakta-atau-dusta/

https://skolla.online/blog/tiga-penyebab-terbesar-gagal-di-utbk-snbt-dan-cara-menghindarinya/